Kamis, 10 Januari 2013

Tip Agar Anak Nafsu Makan

Tip Agar Anak Nafsu Makan  

TEMPO.CO, Jakarta - Widianti, 34 tahun, selalu pusing. Anaknya yang berusia 3 tahun 6 bulan susah makan. Muhammad Zidan yang tengah lincah-lincahnya ini tak bisa diam. Sebentar-sebentar berlari ke sana kemari atau terkadang menendang bola dan memainkan barang apa pun di sekitarnya. "Saking asyiknya bermain, dia kadang-kadang enggan diajak makan," kata Widia kepada Tempo, Selasa 22 Mei 2012.

Sadar akan pentingnya asupan nutrisi bagi sang buah hati membuat warga Cipadu, Tangerang, ini tak kurang akal untuk terus membujuk Zidan agar makan. Beragam cara dia lakukan agar Zidan mengurangi mobilitasnya. "Misalnya, sambil diajak nonton film kartun," kata Widia. "Jadi sambil dia nonton, sambil saya suapin makannya."

Membuat suasana menyenangkan saat si kecil makan memang sangat penting. Apalagi buat anak yang malas makan karena aktif. Namun kerap kali orang tua salah strategi.

"Sangat penting membiasakan balita untuk makan dengan mengunyah makanan tanpa terburu-buru, menelannya secara tenang, dan dalam keadaan yang menyenangkan," kata Saptawati Bardosono, dokter spesialis gizi klinik Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saat dihubungi Tempo, Selasa 22 Mei 2012.

Meski begitu, Saptawati menuturkan bahwa mengajak anak makan sambil menonton televisi kurang tepat. Sebab, proses makan juga seharusnya digunakan sebagai ajang komunikasi antara ibu dan anak. Menurut dia, anak harus diajari tentang apa yang dia makan, sehingga dia memahami makanan yang mengandung gizi dan menyukainya. "Kalau sambil menonton televisi, fokus anak akan berpaling dengan apa yang dia tonton," kata Saptawati.

Cara yang bisa dilakukan, kata Saptawati, adalah dengan memberikan makan di sela-sela anak bermain. Ketika anak sedang bermain, ajak dia makan. Tidak masalah anak cuma beberapa menit makan dan tidak menyelesaikan makannya. Ketika anak kembali bermain, sang ibu menyiapkan selingannya. Yang penting, anak menerima tiga makanan utama dan selingan dengan kandungan kalori dan gizi yang lengkap.

"Makanan selingan bisa berupa susu ditambah buah, susu ditambah sereal, atau kue bikinan ibu," ujarnya.

Menurut Saptawati, melakukan pemaksaan agar anak makan harus dihindari. Cara tersebut akan membuat anak justru merasa stres dan akan merusak perkembangan mental mereka. Setiap individu, kata dia, memerlukan suasana yang menyenangkan, sukarela, dan tertarik untuk mengkonsumsi makanan. Selain tidak bagus secara psikologis, pemaksaan itu akan mempengaruhi proses pencernaan dan metabolisme zat gizi yang terkandung dalam bahan makanan.

Hal lain yang mesti diperhatikan orang tua untuk buah hatinya adalah pola makan yang sehat. Sebab, hal ini juga menyangkut pembentukan sikap sejak dini bagi anak. Kuncinya, kata Saptawati, orang tua harus kreatif dan ulet dalam mengenalkan kebiasaan makan sehat kepada anak agar terpenuhi standar gizi yang seimbang. Tiga hal yang harus diperhatikan bagi para orang tua, khususnya ibu, dalam membentuk pola makan sehat bagi anak, yaitu jumlah, jenis, dan jadwal makan.

Terkait dengan jumlah, makanan bagi si kecil harus sesuai dengan kebutuhan energi dan zat gizi anak menurut usia dan kondisi. Jenisnya pun harus beragam. Orang tua harus membiasakan diri menyediakan makanan yang beragam yang meliputi makanan pokok sebagai sumber energi, lauk-pauk sebagai sumber protein dan lemak, sayur dan
buah sebagai sumber vitamin dan mineral, serta susu sebagai sumber protein dan kalsium.

Adapun terkait dengan jadwal, orang tua harus membuat jadwal makan yang teratur untuk memastikan asupan energi dan zat gizi di setiap waktu tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar