Sebab Jatuhnya Sukhoi Superjet 100 Versi LAPAN
Sebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 diungkap oleh LAPAN, yaitupesawat sukhoi jatuh karena awan columbus. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menganalisis bahwa pada saat pesawat Sukhoi Superjet 100 buatan Rusia hilang kontak pada Rabu, 9 Mei 2012 siang, kondisi cuaca di sekitar Gunung Salak tertutup awan mencapai 100 persen.
Dari pantauan fraksi liputan awan dari pukul 11.00 hingga 15.00 WIB, Rabu siang, menunjukkan bahwa kondisi wilayah Gunung Salak meningkat tajam dari awan.
Data dari LAPAN menunjukkan bahwa liputan awan pada pukul 11.00 WIB yakni 10 persen, pukul 12.00 WIB (20 persen), pukul 13.00 WIB (30 persen), dan 14.00 WIB (40 persen). Selanjutnya pukul 15.00 WIB mencapai 80 persen, baru kemudian menurun 40 persen pada pukul 16.00 WIB, dan 10 persen pukul 17.00 WIB.
Sementara itu, pantauan cuaca dari indeks konveksi per jam, menunjukkan pola fluktuasi yang sama. Indeks konveksi pada pukul 11.00 WIB menunjukkan 0 persen. Artinya, pada waktu tersebut, kondisi cuaca Gunung Salak clear alias cerah.
Pada pukul 12.00 WIB, indeks konveksi cuaca juga masih 0 persen. Pada pukul 13.00 WIB, indeks konveksi mulai naik menjadi 10 persen, pukul 14.00 WIB mencapai 30 persen, dan pukul 15.00 WIB lebih dari 20 persen. Sementara itu, pukul 16.00 WIB indeks konveksi mulai menurun menjadi 10 persen, dan cuaca clear atau 0 persen pada pukul 17.00 WIB.
Saat pesawat hilang kontak dan jatuh, indeks konveksi menunjukkan nilai 30 persen, sedangkan liputan awan hampir mencapai 100 persen. Dari angka tersebut, LAPAN berkesimpulan pada saat tersebut di sekitar Gunung Salak sedang tertutup awan cukup tebal, karena hampir mencapai 100 persen.
Sementara itu, cuaca pada saat peristiwa kemungkinan sedang terjadi hujan.
Estimasi LAPAN pada indeks konveksi 30 berarti suhu puncak awan 225K atau -48 derajat celcius. LAPAN memperkirakan bahwa puncak awan mencapai ketinggian 11.231 kilometer atau 37.436 kaki, sedangkan puncak Gunung Salak 7.000 kaki.
Pantauan satelit MTSAT menunjukkan bahwa pada saat terjadi kecelakaan pesawat Sukhoi, cuaca juga sedang tidak bagus. Atas data tersebut, LAPAN berkesimpulan bahwa saat pesawat buatan Rusia tersebut jatuh, di Gunung Salak terdapat awan columbus tebal.
Perlu diketahui bahwa liputan awan dengan angka 0 persen berarti kondisi awan clear, sedangkan angka 100 persen menunjukkan wilayah tertutup awan penuh (100 persen). Sementara itu, indeks konveksi 0 persen menunjukkan bahwa cuaca clear. Angka indeks konveksi 50 persen menunjukkan hujan sangat ekstrem atau lebat.
Pesawat itu hilang kontak pada Rabu 9 Mei 2012 saat melakukan demo terbang. Kontak terakhir dengan menara kontrol terjadi pada 14.33 WIB. Saat itu, pilot meminta izin untuk turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki.
Namun, nahas, burung besi buatan Rusia itu menabrak tebing di Puncak Gunung Salak I yang memiliki ketinggian 2.211 meter di atas permukaan laut atau sekitar 7.253 kaki. Pesawat itu terhempas pada ketinggian 5.800 kaki.
Dari pantauan fraksi liputan awan dari pukul 11.00 hingga 15.00 WIB, Rabu siang, menunjukkan bahwa kondisi wilayah Gunung Salak meningkat tajam dari awan.
Data dari LAPAN menunjukkan bahwa liputan awan pada pukul 11.00 WIB yakni 10 persen, pukul 12.00 WIB (20 persen), pukul 13.00 WIB (30 persen), dan 14.00 WIB (40 persen). Selanjutnya pukul 15.00 WIB mencapai 80 persen, baru kemudian menurun 40 persen pada pukul 16.00 WIB, dan 10 persen pukul 17.00 WIB.
Sementara itu, pantauan cuaca dari indeks konveksi per jam, menunjukkan pola fluktuasi yang sama. Indeks konveksi pada pukul 11.00 WIB menunjukkan 0 persen. Artinya, pada waktu tersebut, kondisi cuaca Gunung Salak clear alias cerah.
Pada pukul 12.00 WIB, indeks konveksi cuaca juga masih 0 persen. Pada pukul 13.00 WIB, indeks konveksi mulai naik menjadi 10 persen, pukul 14.00 WIB mencapai 30 persen, dan pukul 15.00 WIB lebih dari 20 persen. Sementara itu, pukul 16.00 WIB indeks konveksi mulai menurun menjadi 10 persen, dan cuaca clear atau 0 persen pada pukul 17.00 WIB.
Saat pesawat hilang kontak dan jatuh, indeks konveksi menunjukkan nilai 30 persen, sedangkan liputan awan hampir mencapai 100 persen. Dari angka tersebut, LAPAN berkesimpulan pada saat tersebut di sekitar Gunung Salak sedang tertutup awan cukup tebal, karena hampir mencapai 100 persen.
Sementara itu, cuaca pada saat peristiwa kemungkinan sedang terjadi hujan.
Estimasi LAPAN pada indeks konveksi 30 berarti suhu puncak awan 225K atau -48 derajat celcius. LAPAN memperkirakan bahwa puncak awan mencapai ketinggian 11.231 kilometer atau 37.436 kaki, sedangkan puncak Gunung Salak 7.000 kaki.
Pantauan satelit MTSAT menunjukkan bahwa pada saat terjadi kecelakaan pesawat Sukhoi, cuaca juga sedang tidak bagus. Atas data tersebut, LAPAN berkesimpulan bahwa saat pesawat buatan Rusia tersebut jatuh, di Gunung Salak terdapat awan columbus tebal.
Perlu diketahui bahwa liputan awan dengan angka 0 persen berarti kondisi awan clear, sedangkan angka 100 persen menunjukkan wilayah tertutup awan penuh (100 persen). Sementara itu, indeks konveksi 0 persen menunjukkan bahwa cuaca clear. Angka indeks konveksi 50 persen menunjukkan hujan sangat ekstrem atau lebat.
Pesawat itu hilang kontak pada Rabu 9 Mei 2012 saat melakukan demo terbang. Kontak terakhir dengan menara kontrol terjadi pada 14.33 WIB. Saat itu, pilot meminta izin untuk turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki.
Namun, nahas, burung besi buatan Rusia itu menabrak tebing di Puncak Gunung Salak I yang memiliki ketinggian 2.211 meter di atas permukaan laut atau sekitar 7.253 kaki. Pesawat itu terhempas pada ketinggian 5.800 kaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar